Category: Berita


(Mading ‘Dwi-Mingguan’ edisi ke-XIX, 15/4/2012)

Tanpa terasa waktu begitu cepat berlalu. Sebentar lagi akan menghadapi sebuah perhitungan akbar dalam buku harian hidup kalian: Ujian Nasional 2012.

Ujian nasional merupakan salah satu momen terpenting dalam hidup kita yang memberi jalan untuk langkah hidup selanjutnya. Namun, bukan berarti harus dijadikan beban. Santai saja sambil terus berusaha menambah bekal untuk menghadapinya, yaitu belajar dan latihan soal. Sebab, keberhasilan itu adalah milik orang yang tekun. Tindakan memang tidak selamanya mendatangkan kecerdasan, tetapi tidak ada kecerdasan tanpa tindakan. Puncak kecerdasan akan bisa diraih oleh seseorang jika ia sudah siap menerima dirinya sendiri.

Kelolalah waktu belajar kamu dengan disiplin yang tinggi karena disiplin adalah ruh dari sebuah kecerdasan. Disiplin bisa mengantarkan semua orang meraih kesuksesan dan harga diri yang tinggi. Walau terkadang kesulitan menghadang jalan kita, namun bukanlah kesulitan yang membuat kita takut melangkah, tetapi ketakutan itulah yang mempersulit kita.

Baca lebih lanjut

Bersih Itu Iman

(Mading ‘Dwi-Mingguan’ edisi ke-XVIII, 1/3/2012)

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”  (QS. Al-Baqarah: 222)

“Kebersihan dalam Islam”

Islam adalah agama komprehensif (kaffah). Ajarannya menyentuh segala aspek kehidupan. Termasuk di dalamnya tentang kebersihan. Tidak ada agama yang mengajarkan secara detil tentang kehidupan manusia kecuali Islam.

Dalam Islam, kebersihan memiliki tempat yang sangat penting dalam ajarannya, hingga Rasulullah saw bersabda “Ath-Thuhur syathrul Iman” (kesucian itu adalah sebagian dari iman). Bahkan dalam kitab-kitab fiqih pun, para ulama selalu menempatkan “Bab Thaharah” (Bab tentang kesucian) pada bab pertama dalam kitab-kitab mereka.
Baca lebih lanjut

Sanjungan adalah Teror

Sobat! Bagaimana perasaan kita jika mendapat sanjungan dari orang lain? Senang bukan? Bahagia karena merasa sesuatu yang kita lakukan itu dihargai, semua yang kita ciptakan itu diapresiasi dengan berbagai macam cara. Ada yang menyanjung kita, lantas memberikan sesuatu yang semakin membuat kita menyungging senyum kepuasan. Bahagia memang, namun tahukah kita jika di balik sanjungan-sanjungan yang kita dapatkan itu bisa membuat kita celaka. Celaka lantaran kita sebagai objek sanjungan tak sadarkan diri karena terbuai dengan sanjungan itu sendiri.

Memang benar sanjungan itu adalah suatu kebaikan, namun kebaikan berupa sanjungan itu akan berubah menjadi sebuah keburukan jika kita tidak menyadari. Jika kita mengalami fenomena semacam ini, kita harus mampu memosisikan diri sebagai diri kita sendiri. Misalnya dengan menyadari bahwa mereka yang menyanjung kita itu hanya melihat kita dari satu sisi. Padahal masih banyak kekurangan yang kita miliki di sisi-sisi lain. Dengan demikian kita tidak mudah puas dan lalai dalam mengoreksi diri. Itulah trik yang paling jitu untuk menghindari teror sanjungan.
Kita bisa mendapati seseorang yang berkreasi kemudian menuai prestasi dengan usia prestasi yang relatif singkat. Bisa jadi hal itu juga disebabkan karena sanjungan. Seseorang yang tak pandai-pandai dalam menyikapi sanjungan-sanjungan dari orang lain akan menyesatkan diri sendiri. Maka dari itu, fokus terhadap diri sendiri lebih penting dibandingkan muluk-muluk menanggapi sebuah sanjungan. Cukuplah tersenyum sembari berkata terima kasih kepada seseorang yang telah menyanjung kita.
Seorang ahli hikmah menuturkan syairnya seperti dikutip di intangirls.multiply.com
“Hai orang jahil yang terbuai dengan sanjungan menghanyutkan. Kejahilan orang yang menyanjungmu jangan sampai menguasai kesadaranmu akan kadar dirimu. Pujian dan sanjungan itu ia ucapkan tanpa sepengetahuannya tentang hakikat dirimu. Dirimulah yang lebih mengetahui tentang baik buruknya dirimu”
So, jika ada yang menyanjung kita, waspadalah…!! Waspadalah…!! ^_^

Awet muda adalah keinginan relatif yang dimiliki oleh setiap manusia. Tak jarang di antara mereka melakukan langkah-langkah yang dianggapnya baik namun pada hakikatnya berdampak buruk bagi kesehatannya. Seperti halnya memakai krim untuk menghilangkan kerut pada wajah agar terlihat lebih muda. Alih-alih ingin tampil lebih muda dan menarik, ternyata malah bermacam-macam penyakit kulit mulai menjangkit.


Seorang peneliti, Manuel Voelkle, menyimpulkan bahwa “Ekspresi wajah memiliki pengaruh terhadap ketelitian menilai seseorang”. Dari kesimpulan tersebut dapat kita ketahui bahwa raut wajah seseorang mampu menjadi cara penilaian mengenai masa usianya. Raut wajah seseorang yang cenderung biasa-biasa saja akan mudah kita tebak berapa usianya. Namun, raut wajah seseorang yang selalu tersenyum, bahagia, akan menyulitkan kita dalam menebak usianya, bahkan cenderung kita menilainya lebih muda dari usia aslinya.

Penelitian sebelumnya, seperti dilansir oleh memobee.com, juga menunjukkan bahwa lesung pipi dan penampilan yang lembut dapat membuat seorang wanita terlihat lebih muda.  Efek yang jauh lebih kuat adalah apabila seorang wanita kehilangan berat badan hingga 4,5 kg akan membuat ia terlihat lebih muda hingga 4 tahun.

Dengan berjalannya waktu, seiring dengan perkembangan umat Islam di seluruh dunia, maka pembinaan diri dalam hal kesehatan, spiritual, dan keterampilan diri sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, setiap muslim sudah sepatutnya untuk melakukan pembelajaran beladiri. Semua itu dapat dimulai sejak dini. 



Rasulullah Saw bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah SWT dari pada mukmin yang lemah dan pada keduanya terdapat kebaikan.”(HR Muslim). 


Dari hadits tersebut kita dapat mencermati bahwa Allah mencintai seorang mukmin yang kuat. Oleh karena itu, step by step untuk menjadi mukmin yang kuat salah satunya dengan membekali diri dengan beladiri.

Seiring dengan perkembangan beladiri itu pula, setiap muslim dituntut untuk berkompetisi. Beladiri semacam karate do, tae kwon do, thifan pokhan dan lain sebagainya sangat diminati oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia. Dari masyarakat yang sangat antusias ini kemudian beladiri dijadikan sebagai cabang olah raga melalui berbagai ajang kompetisi.


Dilihat dari unsurnya, beladiri sangatlah beragam. Menurut sebuah artikel yang ditulis melalui situs Warrohmah, bahwa beladiri di Indonesia banyak macamnya. Di antaranya beladiri jahili dan islami. Beladiri jahili jelas tidak layak dikonsumsi oleh umat islam. Sementara beladiri yang mengaku islami harus benar-benar dicermati dan dikaji karena banyak beladiri yang menganggap dirinya islami, tetapi isi dan prakteknya sejatinya adalah jahili. 


Seperti misalnya ada beladiri yang mensyaratkan sesajen, puasa mutih, mengajarkan mantra-mantra untuk mengundang jin, mengajarkan jampi-jampi yang dicampur dengan ayat al-Qur’an atau murni dari ayat-ayat al-Qur’an dan Asma’ul-Husna. Memang benar tujuannya mengamalkan al-Qur’an dan Asmaul Husna, akan tetapi cara mengamalkan tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.

Sejurus dengan fenomena semacam ini, kita sebagai muslim yang akan mengamalkan ilmu beladiri atau menginginkan anaknya untuk bisa keterampilan beladiri sangat dituntut untuk pandai memilih dan memilah ilmu beladiri yang akan ditanamkan pada diri anak kelak. 


Untuk itu kita harus memahami syarat-syarat ilmu beladiri, seperti dilansir situs Warrohmah. Di antaranya: sehat lahir bathin, tidak ada syirik, menjaga fitrah kita sebagai manusia, tidak berbau maksiat, tidak menyerupai orang kafir, dan tidak berperilaku sombong.


^_^

Kreatif adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, dan bentuk karya baru maupun kombinasi hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah ada. Untuk itu seseorang yang kreatif adalah seseorang yang tak pernah berhenti untuk menciptakan hal-hal baru ataupun berinisiatif mengembangkan hal-hal yang sudah ada. Apa pun latar belakang seseorang tersebut, jika dia memang kreatif maka hidupnya akan selalu senang dan lebih tenang lantaran aktivitas kesehariannya cenderung bervariasi, tidak monoton.

Bervariasi dalam arti bermacam-macam gagasan yang ia sematkan untuk kehidupan, dan tidak monoton dalam arti tidak melakukan satu macam hal yang serupa (itu-itu saja). Dengan demikian seseorang yang kreatif sangat dominan dalam berkarya dibandingkan seseorang yang ‘kere-aktif’.


‘Kere-aktif’ sebenarnya hanyalah ungkapan penulis untuk orang-orang yang tak pernah menuai ide, karya, dan gagasan dalam menciptakan hal-hal baru. ‘Kere-aktif’ ini juga diambil dari kata ‘kere’ dalam bahasa sehari-hari kita yang berarti miskin/tidak pernah aktif dalam segala hal. Jika seseorang sudah mengalami ‘kere-aktif’ semacam ini, maka ia akan cenderung bosan dengan kehidupan yang dijalaninya. Apatah lagi seseorang tersebut malas pula, semakin terlunta-lunta sudah ia dalam menjalani kehidupannya. []Salam kreatif…!! ^_^

Perkenalkan Anak dengan Buku

Anak adalah karunia dari Allah Swt. Untuk itu, sebagai orang tua sudah barang tentu kita mengharapkan anak kita kelak menjadi manusia yang cerdas dan berwawasan luas. Semua itu bisa kita wujudkan dengan melakukan pendekatan kepada si buah hati dengan cara memberinya sebuah buku.


Anak yang belum bisa membaca, apalagi belum mengerti apa itu buku, pasti ia akan menganggap buku itu sebagai sebuah mainan biasa. Seperti halnya mobil-mobilan atau boneka yang ia miliki. Namun, suatu waktu ia akan melakukan sesuatu terhadap buku yang kita berikan. Misalnya, ia berusaha untuk menyobek atau melempar buku tersebut. Melihat apa yang dilakukan oleh si kecil tadi, secara otomatis kita sebagai orang tua pasti melarang dan tanpa kita sadari kita sudah memberikan pendidikan kepada anak kita dengan melarang apa yang tidak boleh dilakukan. Lalu, lambat laun si anak pun akan mengerti mana yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

Kemudian cara yang lainnya, kita perkenalkan buku kepada anak dengan cara membaca buku tersebut di samping telinganya, ketika menjelang tidur. Buku apa saja, kita baca. Baik fiksi maupun non fiksi. Mengerti tidaknya si anak dengan apa yang kita baca jangan dipikirkan. Saat itu kita hanya mengajarkan/membiasakan anak dengan bacaan. Dengan berjalannya waktu, di saat si anak beranjak dewasa ia akan bertanya, “Abi/Umi, lagi ngapain?” di saat itu kita akan menjelaskan bahwa kita sedang membaca. Membaca itu penting, dan membaca itu baik untuk kita. kemudian kita berkata, “Kamu juga harus melakukan seperti apa yang Abi/Umi lakukan sayang! Membaca itu penting. Dari yang tidak tahu kita akan menjadi tahu.”

Selamat mencoba…!!!  ^_^

(Mading ‘Dwi-Mingguan’ edisi ke-XVII, 1/12/2011)

Kreatif adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, dan bentuk karya baru maupun kombinasi hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah ada. Untuk itu seseorang yang kreatif adalah seseorang yang tak pernah berhenti untuk menciptakan hal-hal baru ataupun berinisiatif mengembangkan hal-hal yang sudah ada. Apa pun latar belakang seseorang tersebut, jika dia memang kreatif maka hidupnya akan selalu senang dan lebih tenang lantaran aktivitas kesehariannya cenderung bervariasi, tidak monoton.

Bervariasi dalam arti bermacam-macam gagasan yang ia sematkan untuk kehidupan, dan tidak monoton dalam arti tidak melakukan satu macam hal yang serupa (itu-itu saja). Dengan demikian seseorang yang kreatif sangat dominan dalam berkarya dibandingkan seseorang yang ‘kere-aktif’.

‘Kere-aktif’ sebenarnya hanyalah ungkapan penulis untuk orang-orang yang tak pernah menuai ide, karya, dan gagasan dalam menciptakan hal-hal baru. ‘Kere-aktif’ ini juga diambil dari kata ‘kere’ dalam bahasa sehari-hari kita yang berarti miskin/tidak pernah aktif dalam segala hal. Jika seseorang sudah mengalami ‘kere-aktif’ semacam ini, maka ia akan cenderung bosan dengan kehidupan yang dijalaninya. Apatah lagi seseorang tersebut malas pula, semakin terlunta-lunta sudah ia dalam menjalani kehidupannya. [GFR/Mading ‘Dwi-Mingguan’]

(Mading ‘Dwi-Mingguan’ edisi ke-XVII, 1/12/2011)

Menjadi seorang guru adalah tugas yang mulia. Mungkin bisa dibilang tugas yang paling mulia di antara tugas – tugas yang lain. Banyak manusia sukses dari peran seorang guru. Mulai dari rakyat jelata hingga pejabat, mulai rakyat kecil hingga presiden, mulai dari orang pinggiran hingga orang gedongan. Semuanya menjadi bisa apa saja karena didikan seorang guru. Coba saja buktikan sendiri kalau tidak percaya. Anda datang pada seorang menteri dan tanya, dulu sekolah dasar/madrasah di manakah anda? Pasti dia akan menjawab, saya sekolah di madrasah/sekolah dasar ini itu. Ada gurunya nggak di sana? Pasti ia menjawab ada. Atau anda tanya pada seorang petani yang telah sukses meraup jutaan rupiah dari hasil pertaniannya, pak tani anda sukses seperti ini sekolah Mi/SD ndak dulu? Pak tani pasti akan menjawab, ya, saya sekolah di sekolah ini itu. Atau mungkin anda seorang blogger. Saya tanya, apakah anda pernah belajar dulu di MI / SD? Semoga anda akan jujur menjawabnya. Jadi tidak ada kesuksesan tanpa sentuhan tangan – tangan trampil seorang guru. Kita bisa blogging ini jasa guru punya peran awal atau dasar yaitu mengajarkan kita membaca dan menulis. Tanpa membaca dan menulis yang diajarkan oleh seorang guru, mungkin kita hanya terlongong-longong ( bloon banget ) melihat internet.

Tapi tahukah anda bahwa tugas seorang guru, di samping kemulyaan, ia memiliki beban yang sangat berat. Tidak hanya tanggung jawab yang berat, tapi juga kenyataan bahwa murid-muridnya ketika SD/MI, yang sekarang telah sukses menjadi orang besar, tidak mau melihat atau tidak memandang sebelah mata pun pada dirinya. Lupa pada guru sekolah dasar atau Madrasah Ibtidaiyah di mana dulu ia ditempa menjadi murid yang bisa membaca dan menulis. Itulah yang penulis ( maaf ) rasakan. Seperti anda ketahui bahwa saya mengajar di sebuah madrasah di sebuah Pondok Pesantren.

Banyak murid-murid saya, kini telah menjadi orang pintar dan telah menggendong titel sarjana-sarjana. Terkadang saya merasa kecil di hadapan mereka. Karena saya kan hanya tamatan MA (Madrasah Aliyah setingkat SLTA). Kadang mereka ketemu dan berpapasan dengan saya, senyum saja tidak. Jangankan menunduk untuk memberi hormat. Jangankan memberi salam. Menoleh saja tidak. Bahkan kadang saya lihat mereka sebenarnya bertemu saya lalu membuang muka seakan gengsi kalau punya guru seperti saya. Nasib nasib. Saya yakin masih banyak kejadian-kejadian serupa yang dialami seorang yang lain.

Bagaimana kawan, bagi saya ini adalah cobaan batin yang sangat berat menjadi seorang guru. Guru memang tugas yang sangat mulia dan terhormat. Banyak orang akan menghormati orang yang menjadi guru. Tapi ingin dimulyakan dan ingin dihormati adalah penyakit batin yang harus dibuang jauh-jauh. Guru, saya yakin dia tidak gila hormat dan kemulyaan. Karena kemulyaan berasal dari Allah SWT. Tapi bisakah kita menghargai paling tidak bahwa guru itu pernah kenal dengan kita dan kitapun kenal dengan guru tersebut. Dengan bagaimana? Dengan cara menyapanya. Dengan cara memberikan senyuman sebagai tanda sapaan. Kalau tidak menyapa sama sekali, tidak senyum sama sekali, bukankah seakan-akan guru tersebut tidak ada di dunia ini? Seakan dalam kehidupan kita tidak pernah bertemu dengan guru yang telah mengajarkan kita bisa membaca menulis.

Itulah mungkin sekedar ungkapan batin (curhat la yau) bahwa betapa berat tugas seorangguru. Pantas bagi mereka diberi gelas Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Padahal jasanya sangat besar. Pahlawan tanpa Tanda kehormatan karena kurang diingat dan kurang dihormati. Padahal tugasnya sangat terhormat.

Pahlawan tanpa tanda kemulyaan. Pada tugasnya sangat mulya. Tapi karena saya juga adalah seorang guru, semoga masih diberikan keikhlasan yang sedalam-dalamnya dalam mendidik anak-anak bangsa ini. Bukankah bangsa yang besar jika orang-orangnya memiliki pendidikan dan pengetahuan yang luas. Semoga hanya Allah yang akan memberikan kemulyaan dan kehormatan yang setinggi-tingginya. Tidak ada kehormatan dan kemulyaan yang melebihi kehormatan dan kemulyaan dari Allah SWT. Ya, Allah berilah hambamu yang lemah ini rizqi keikhlasan dalam menuntut ilmu dan menyebarkan ilmu dan dalam segala ketaatan kepadaMu. Amien ya ‘Aliim Ya Fattaahu ya Mubiin.

 

Sumber: http://muktiblog.com/pesan-hidup/cobaan-paling-berat-bagi-seorang-guru

 

(Mading ‘Dwi-Mingguan’ edisi ke-XVII, 1/12/2011)

Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Karena sebesar apapun jasanya tidak ada tanda jasa yang ia ( guru ) terima. Tidak ada pangkat bintang 1, bintang 2 ataupun bintang-bintang yang lain. Guru adalah yang mengajarkan kita semua menulis dan membaca. Saya bisa menulis artikel saat ini pun adalah karena jasa guru yang dengan telaten memberikan cara menulis kepada saya dan juga mengajarkan cara membaca untuk saya. Saya ingat betul bagaimana guru datang dengan aktif, datang dengan hanya mengendarai sebuah sepeda pedal ke sekolah. Bahkan tidak jarang, kehujanan di tengah jalan dan saya lihat baju guru basah kuyup. Saya dan teman-teman hanya melihat tanpa perasaan apapun, karena waktu itu kita masih anak-anak. Tidak kenal dan tidak paham betapa susahnya guru waktu itu. Tidak paham bahwa guru kita benar-benar berkorban untuk memberikan kita pengetahuan.

Guru adalah soko guru bangsa ini. Tanpa guru apa artinya sebuah bangsa. Sebesar apapun bangsa itu. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati gurunya. Karena gurulah saya, anda dan kita semua bisa menjadi seperti sekarang. Ada yang menjadi pedagang. Pedagang pasti akan selalu berkutat dengan dunia hitung menghitung. Jadi ingatlah guru Matematika. Merekalah yang mengajarkan anda bagaimana menjumlah, mengalikan, membagi, mengurangkan dan lain-lain. Maka karena perhitungan yang tepat di dalam berdagang, maka anda bisa untung.

Kemudian, ada yang menjadi blogger, seperti kita-kita ini. Apa yang patut diingat dari guru dengan menjadi blogger? Dunia blogger pasti tidak akan terlepas dari 2 aktivitas. Menulis dan membaca. Tidak ingatkah kita bahwa kita bisa membaca dan menulis karena jasa guru? Waktu itu ketika SD atau MI guru kita denga telaten mengajarkan bagaimana langkah-langka menulis dan membaca. Hingga akhirnya kita bisa membaca dan juga bisa menulis. Jadi apapun kita, petani, pedagang, pengusaha, kyai, ulama, pejabat mulai kepala desa hingga kepala negara, semua pasti tidak akan terlepas dari jasa guru yang memberinya pengetahuan.

Teman dan kawanku semua, kebetulan saya sekarang menjadi seorang guru. Guru swasta di sebuah Pondok Pesantren. Namanya pesantren Atthahiriyah. Saya adalah alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk sumenep Madura. Mengenyam pendidikan pesantren selama 6 tahun. Setelah tamat dari Madrasah Aliyah, saya langsung diajak teman ke Pulau Kalimantan. Tepatnya di Kalimantan Selatan. Saya menyadari sekarang bagaimana susahnya menjadi seorang guru. Perlu kesabaran, Perlu ketelatenan. Perlu pengorbanan dan perlu perjuangan.

Saya ingat betul guru-guru saya baik dari tingkat dasar hingga tingkat atas. Ketika SD saya ingat guru saya yang bernama pak Juri, pak Warno, pak Nardi dan lain-lain. Ketika MI saya ingat betul pak Mukri, K. Marham, Pak Hasbi dan lain-lain. Banyak sekali dan tidak bisa saya sebut satu persatu di sini. Wooow mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang telah memberikan ilmu pengetahuan dasar untuk saya. Saya tak akan melupakanmu guru. Jika Bapak guru masih hidup semoga Allah akan memberikan kesejahteraan dan kemakmuran. Jika Bapak guru sudah meninggal, semoga amalmu akan diterima oleh Allah Yang Maha Pencipta.  Artikel ini saya tulis dalam rangka Hari Guru Nasional tanggal 25 Nopember 2010 kemarin.

Masih ingat kan lagu khusus guru ini :

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru

engkau laksana embun penyejuk

dalam kehausan

…..

…..

Engkau patriot pahlawan bangsa

tanpa tanda jasa

Sumber:http://muktiblog.com/pesan-hidup/guru-pahlawan-di-hati-kita