Category: anekdot


JUAL SARUNG

(Mading ‘Dwi-Mingguan’ edisi ke-XVI, 15/11/2011)

Ditengah pasar Wan Abud menjual sarung dagangannya.

“Harga murah…harga murah…Sarung bagus sarung istimewa”

Beberapa orang akhirnya pada membeli sarung dagangannya.

Setelah agak siang Wan Abud mengemasi barang dagangannya, sambil merasa bersyukur:”Alhamdulillah hari ini banyak pembeli hehehehe..”

Esok harinya Wan Abud kembali menggelar lapaknya dipasar itu.

Seperti biasa Wan Abud berteriak teriak mempromosikan sarungnya.

Tiba tiba datang beberapa orang menghampiri Wan Abud : “ Wan…sarungnya setelah dicuci kok pada luntur Wan ?? Lihat nih Wan !! Kalo gitu kembaliin uang kita Wan !!”

Wan Abud : “ Siapa bilang? Kan disarungnya ada tulisannya DITANGGUNG TIDAK LUNTUR “

“ Lha iya Wan…berarti Wan Abud menipu kami “ Teriak para pembeli kemarin harinya.

Wan Abud : “ Siapa yang menifu ente ?? 

“ Ya jelas menipu Wan “ sahut salah seorang pengunjung.

Wan Abud : “ Sabar …sabar… Nah sekarang ente coba baca dari kanan terus kekiri.apa bunyi bacaannya ???” ( kebiasaan Wan Abud kalo baca dimulai dari kanan )

Pengunjung : “ Luntur Tidak Ditanggung” ?????!!! 

 

Diunduh melalui: http://kaisarvic.blogspot.com/2010/09/dagang-sarung.html

(Mading ‘Dwi-Mingguan’ edisi ke-XV, 15/10/2011)

Mama Rifqi heran tatkala melihat Rifqi pulang sekolah lebih awal, padahal baru pukul 9.00 pagi.

Mama: “Rifqi, baru pukul 9.00 kamu sudah pulang, ada apa?” tanya sang ibu.

Rifqi: “Hari ini aku bisa menjawab pertanyaan ibu guru dengan benar Ma,” jawab Rifqi.

Mama: “Hebat dong! Apa sayang pertanyaannya?”

Rifqi: “Tadi ibu guru kan bertanya, “siapa yang melempar kapur ke ibu?”

Mama: “Terus, kamu jawab siapa Nak?”

Rifqi: “Ya aku jawab aku Ma. Kan yang melempar kapur ke ibu guru aku Ma,”

Mama: “Haaaaaah…..?????????????? Rifqi…..!!!”

 

 

 

(Mading ‘Dwi-Mingguan’ edisi ke-XV, 15/10/2011)

Seorang setengah baya yang sedang mabuk bingung saat melihat ke atas. Dia bingung dan berkata: “Itu bulan apa matahari ya?”

Lalu ketika ada seseorang yang kebetulan lewat di depannya dia langsung bertanya:

“Mas.. Mas, itu bulan apa matahari ya….!!?”

“Wah… Saya nggak tau Pak. Saya orang baru di sini !!!” ^_^

Mau Pintar…???

(Mading ‘Dwi-Mingguan’ edisi ke-XIV, 1/10/2011)

Suatu ketika ada seorang ibu agak terheran-heran melihat tingkah anaknya yang masih berumur lima tahun. Tingkah laku anaknya itu sudah ia amati dari satu hari yang lalu. Dan tatkala menjelang tidur, anaknya pun melakukan tingkah yang sama. Lantas, sang ibu pun bertanya langsung kepada anak satu-satunya itu.

Ibu: “Nak, kamu sakit?”

Mendengar pertanyaan ibunya si anak hanya geleng-geleng kepala.

Lalu sang ibu bertanya lagi: “Nak, kamu sakit?”

Si anak kembali geleng-geleng kepala.

Ibu: “Lalu, kenapa dari kemarin kamu minum itu?”

Anak: “Karena aku pengen pintar, Ma.”

Ibu: “Pengen pintar?”

Anak: “Iya Ma. Kan orang pintar minum Tolak Angin.”

Ibu: “Haaah….!”     %#@%*^%??#%$#??

(Mading ‘Dwi-Mingguan’ edisi ke-XII, 15/7/2011)

Suatu ketika ada dua orang pengembala kambing. Mereka adalah Eko dan Parto. Mereka sibuk menjaga kambing-kambingnya yang tengah asyik melahap hijaunya rerumputan. Sore hari ini dirasa cukup melelahkan. Mereka pun ngobrol ngalor-ngidul sembari tidur-tiduran di bawah pohon.

“To, penyesalan itu datang selalu di belakang ya?” ujar Eko ke Parto

“Emangnya sekarang lu lagi nyesel?” Parto balik bertanya

“Iya, kemarin gue disuruh bawa belanjaan Bu Marni, tapi gue nggak mau. Soalnya gue lagi jagain kambing. Terus, si Ajiz deh yang disuruh. Pas habis bawain belanjaan Ajiz dikasih duit gocap sama Bu Marni. Gue nyesel nolak perintah Bu Marni, To.”

“Ah, lu Ko. Nyesel itu bukan cuma datang belakangan tapi ada juga nyesel yang datangnya duluan.”

“Masa sih? Nggak bakalan ada lah nyesel datang duluan.”

“Begini nih. Gue kan mau pulang sama kambing-kambing gue. Gue jalan di belakang kambing, kambingnya gue biarin jalan duluan. Eh, tiba-tiba ada si Aminah anaknya Pak RT. Cakep banget. Gue sampe terpesona. Lama banget gue liatin dia. Pas gue sadar, kambing-kambing gue udah nggak ada. Ah, nyesel kambing-kambing gue jalan duluan, jadinya hilang. Hehehe…”

“Itu sama aja penyesalan datangnya belakangan, bukan duluan. Dasar KOPLAKK!!”  kata Eko sambil menjitak kepala Parto yang botak. ***[GFR/Mading ‘Dwi-Mingguan’]

Ingin Bunuh Diri…???

(Mading Dwi-Mingguan edisi ke-XI, 1/6/2011)

Suatu ketika, ada seorang wanita setengah baya merenung seorang diri di bawah pohon rambutan. Ia menyesali kegagalan kedua anaknya lantaran tidak lulus ujian nasional.

Ibu itu mempunyai dua orang anak. Anak pertama duduk di kelas tiga SMP. Dan anak kedua duduk di kelas tiga SMA. Kedua anaknya sama-sama mengikuti ujian nasional. Namun, keberuntungan tidak berpihak kepada mereka. Alhasil, mereka pun sama-sama tidak lulus ujian alias gagal.

Nah, dari kejadian yang dialami anak-anaknya itu, ibu itu pun menangis tersedu-sedu. Ia tidak mampu menahan rasa sedih dan haru. Dan akhirnya ia pun putus asa. Lalu ia mengambil tali tambang. Diikatnya tali itu di atas pohon rambutan. Alamak…!! Ia hendak bunuh diri.

Tiba-tiba datanglah seorang pria paruh baya. Dengan berjenggot tebal sembari membawa gitar. Pria itu bernama Rhoma ‘bukan’ Irama.

Mendapati seorang ibu tadi hendak bunuh diri. Bung Rhoma pun beristighfar, lalu apakah yang dikatakan?

“Astaghfirullah, Bu jangan,” ujarnya. Ibu yang hendak bunuh diri pun menoleh ke arahnya. Bung Rhoma juga mengulangi perkataannya.

“Bu jangan…!! Bu jangan…!! Bu jangan…!!”

Karena ibu yang hendak bunuh diri tadi melihat Bung Rhoma ‘bukan’ Irama menyanyikan lagu berjudul ‘bujangan’, ia pun mengurungkan niatnya untuk bunuh diri.

“Subhanallah…!!” ujar Bung Rhoma lagi karena antusias.  [GFR, Red.] ^_^

Orang kaya yang baik hati

[15/04/2011]

Pada suatu hari seorang yang kaya raya mengendarai mobilnya di suatu pedesaan. Ia menghentikan mobilnya ketika ia melihat ada seorang ibu sedang memakan rumput. Ia bertanya pada ibu itu mengapa ia memakan rumput.

Ibu itu dengan sedih berkata, “Ya saya sangat miskin, saya sudah tidak punya apa-apa lagi untuk dimakan.”

“Kalau begitu ayo ikut aku ke rumahku.”

“Tetapi saya mempunyai tujuh orang anak.”

“Dimana mereka?”

Ibu itu menunjuk ke suatu tempat.

Di situ ia melihat ada tujuh orang anak-

yang juga sedang memakan rumput.

“Ayo ajak mereka sekalian.”

Mereka pun masuk ke mobil orang kaya itu.

Ibu itu yang merasa terharu akan kebaikan-

orang itu bertanya, “Pak, apa yang mendorong bapak begitu baik untuk mengajak kami semua?”

Orang itu hanya menjawab, “Kebetulan rumput di rumah saya sudah panjang-panjang.”

Diunduh dari: http://atik085641095564.wordpress.com/2010/01/21/kumpulan-cerita-anekdot-lucu-cerita-cerita-anekdot-lucu-kisah-anekdot-lucu-kisah-kisah-anekdot-lucu/